Breaking News

Bermula Dari Usaha Mengisi Liburan, Kini Menjadi Usaha yang Menghasilkan Uang

Ilustrasi - Foto: Getty Images/iStockphoto/melimey

Bermula Dari Usaha Mengisi Liburan, Kini Menjadi Usaha yang Menghasilkan Uang

Pagi hari, sekolah

"Tetap baik-baik di rumah ya, jangan nakal anak-anak."

Bu guru baru saja memberikan pesan penutupnya kepada kami sebelum mengganti posisi kami yang sebelumnya di dalam kelas menjadi orangtua kami yang diminta untuk memasuki kelas kami, tempat kami belajar. Ya, orangtua kami akan mengambil rapor hasil belajar kami sebagai kegiatan penutup di semester ini sebelum kami menjalani liburan sekolah selama kurang lebih 2 minggu kedepan.

"Tak terasa ya....."

"Ah, bilang saja kau senang akhirnya kita akan kembali libur."

Aku tersenyum mendengar respon ledekan dari Tino, temanku yang baru saja menimpali gumamanku itu.

"Yang tak terasa itu liburan nanti, tiba-tiba sudah waktunya kita masuk lagi nanti."

"Hahaha"

Aku dan beberapa temanku yang sedang mengobrol disini tertawa saat mendengar perkataan Denis. Ya, memang benar, saat-saat liburan itu sering tidak terasa, rasanya seperti baru saja libur, namun beberapa hari lagi, bahkan besok, mungkin sudah waktunya kami kembali bersekolah.

"Dan yang lebih terasa itu tentu sulitnya materi matematika yang kita pelajari untuk dipahami."

Edy menepuk dahinya setelah mengatakan hal itu, sebelum kemudian diikuti dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hahaha"

Kami kembali tertawa melihat sepasang perkataan dan perlakuannya kepada dirinya sendiri.

"Jangan berisik anak-anak."

Kami terdiam saat bu guru menegur kami dengan keluar kelas agar suaranya terdengar oleh kami yang didampingi oleh suara keras dari kami yang tertawa. Setelah itu, beliau kembali masuk ke dalam untuk melanjutkan pembagian rapor kami.

Satu per satu nama kami disebut, para orangtua di dalam kelas pun satu per satu meninggalkan ruangan kelas setelah selesai menerima rapor tersebut dan catatan pembelajaran yang disampaikan oleh bu guru lalu menjemput salah satu dari kami yang merupakan anaknya untuk pulang bersama dan meninggalkan kami, sampai dengan.......

"Rizky"

Akhirnya namaku dipanggil, sehingga mama berjalan kedepan untuk mengambil rapor tersebut dan mendapatkan pesan-pesan dari bu guru untuk diriku, sebelum akhirnya keluar dan mengajakku pulang ke rumah.

"Bu guru berpesan agar kamu melakukan kegiatan bermanfaat dalam liburan ini, Rizky. Jadi, jangan main terus."

"Jadi apa yang harus kulakukan, mama?"

"Coba ajaklah teman-temanmu itu untuk belajar, atau membantu orangtua dirumah agar kalian tidak hanya mengisi hari dengan bermain."

"Aku ingin istirahat dulu dari belajar, mama."

"Kalau begitu, cobalah bantu pekerjaan mama."

Aku mencoba mengikuti permintaan mama, aku mencoba membantu mama menjalankan pekerjaan rumah, tapi harus kuakui, ternyata menjadi orangtua itu memang harus kuat, banyak sekali pekerjaan-pekerjaan rumah yang menanti untuk diselesaikan, mulai dari merapikan dan membersihkan rumah, menyiapkan barang dagangan mama, mengurusi adik kecilku, dan yang lainnya. Hingga setelah beberapa hari ini, aku terkapar kelelahan.

"Rizky"

"Iya, ma?"

Aku merespon, tapi aku tidak merubah posisi tidurku sampai akhirnya mama yang mendekatiku ke kamar.

"Kenapa kamu masih tiduran aja, kamu tidak enak badan?

"Aku sedang mencoba merenggangkan tubuhku, ma....."

"Sudah mama bilang, jangan memaksakan diri. Karena untukmu yang belum terbiasa melakukan pekerjaan ini akan sangat melelahkan."

Setelah beberapa hari kemudian, aku kembali bertemu dengan beberapa temanku, yaitu Nia, Soni, dan Rika.

Pagi Hari, Taman

"Bagaimana dengan liburan kalian, teman-teman?"

"Asyik, akhirnya aku sudah mencapai level terbaru game ku" Jawab Soni riang.

"Asyiknya, selamat ya. Daripada aku, capek terus-terusan disuruh mama membantunya mengurus pekerjaan rumah." Keluh Rika.

"Sabar Rika, kegiatanmu pasti lebih positif dibanding Soni dimata bu guru ditugas kita nanti." Ujar Nia

"Oh iya, kita memiliki tugas untuk menceritakan kegiatan liburan kita ya......"

Memang sepertinya terdengar seperti tugas anak-anak, tapi sepertinya kami di kelas 7 yang belum terlalu jauh dari SD masih bisa mendapatkan tugas-tugas seperti itu.

Sebuah ide tiba-tiba melintas dipikiranku

"Bagaimana kalau kita adakan kegiatan bersama?" Usulku

"Apa yang bisa kita lakukan bersama, bermain?" Tanya Soni

"Sama saja dong kalau begitu." Respon Rika

"Atau mungkin, belajar bersama?" Usul Nia

"Tidak mau, aku mau beristirahat dulu dari belajar." Tolak Soni cepat, "Lagipula bagaimana kita bisa mempelajari sesuatu yang belum dijelaskan?"

"Benar juga, bagaimana kita bisa memahaminya ya...." Gumamku pada tambahan perkataan dari Soni barusan.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita mengajarkan apa yang sudah kita pahami. Alias, kita mengajari adik-adik kita di tingkat SD?"

Benar juga

"Boleh juga." Sahut Rika cepat, aku juga mengangguk mendukung ide tersebut, tapi kulihat Soni agak ragu untuk menerimanya.

"Apakah ada yang akan bergabung dengan kita? Sekarang mereka juga sedang berada di jadwal liburan seperti kita ini, kan? Tanyanya penuh keraguan

"Ya, bisa saja kalau mereka mungkin ingin mempersiapkan diri dengan mengenal materi semester depan mereka, atau mungkin mereka ingin mengevaluasi materi yang belum mereka pahami semester ini." Jelas Nia

Kali ini Rika yang menggelengkan kepalanya, "Aku ragu mereka punya pikiran seperti itu. Liburan seperti ini tentu mereka akan lebih memilih untuk bermain."

"Benar juga. Mereka pasti sudah kelelahan belajar disekolah." Ujar Soni

"Kalau begitu, bagaimana jika kita membuka tempat belajar untuk mereka yang belum bersekolah?" Usulku

"Hah, kalau begitu buat apa mereka belajar kalau belum bersekolah?" Tanya Soni heran

"Ya, untuk persiapan mereka bersekolah. Jadi mereka akan belajar membaca, menulis, dan berhitung dengan kita untuk memperkenalkan huruf dan angka yang akan selalu mereka temui pada materi mereka disekolah nanti." Jelasku

Mereka nampak diam berpikir

"Ide bagus." Nia yang pertama kali memberikan responnya padaku, "Apabila yang kita ajar adalah mereka yang belum bersekolah pasti mereka adalah anak-anak yang lucu dan menggemaskan, pasti akan menyenangkan mengajarkan mereka." ujarnya sambil tersenyum.

"Memang kalian pikir mereka akan dapat belajar dengan serius?" Tanya Soni

"Kupikir justru disitu enaknya." Jawab Rika, "Tentu kita akan belajar sambil bermain saat mengajar mereka, jadi kita tidak begitu dipusingkan dengan materi yang perlu diajarkan."

Aku mengangguk-angguk mendengarnya, kulihat Soni juga sudah mulai dapat menerima usul ini.

"Baiklah, sepertinya memang harus kita coba dulu untuk mengetahui hasilnya."

Akhirnya mulai mencoba menawarkan jasa untuk pelatihan Calistung sebagai persiapan untuk adik-adik sebelum memasuki Sekolah Dasar. Sebagai awal, kami memutuskan untuk memberikan jasa ini secara bebas tanpa biaya, ternyata ini cukup menarik minat orangtua yang memiliki adik-adik kecil yang belum sekolah.

"Huuuuaaaa...... "

Isakan tangis terdengar dari salah satu murid kami yang dipegang oleh Rika

"Makanya dengarkan penjelasan kakak!"

"Jangan galak-galak, Rika." Tegur Nia

"Aku kesal dia tidak bisa-bisa, main terus sih...."

"Ya, ajarkan dia pelan-pelan Rika."

Rika menghela nafas, sementara itu Soni malah sedang asik bermain dengan para murid yang diajarnya.

"Hayo, apakah 3 huruf diantara kedua huruf ini? Ujarnya sambil menunjuk huruf R dan H di kedua ujung kata itu.

"Apa ya kak....?" Gumam adik-adik didikannya membalas pertanyaannya

"Coba, kemana kita akan pulang setelah berpergian?"

"Rumah!"

"Berarti huruf apakah ketiga huruf kosong ini?"

"Oooh, itu berarti adalah huruf U, M, A!" Jawab mereka dengan penuh keyakinan

"Betul" Respon Soni diiringi dengan tepuk tangannya, sebelum diikuti oleh sorakan dari adik-adik tersebut.

Anggota kami mengalami penambahan yang cukup cepat, setelah sebelumnya kami mendapatkan 9 anggota pertama yang bergabung setelah kami mengumumkan usaha kami ini, sekarang jumlah kami sudah hampir dua kali lipatnya, yaitu 16 orang.

"Gimana cara hitungnya kalau yang ada diantara kedua angka itu garis ini, kak Rizky?"

"Ooh, itu adalah tanda kurang. Jadi kita menghitungnya mundur."

"Maksudnya?"

"Kalau sebelumnya itu kan tanda tambah, dimana kita menghitungnya maju." Diriku memulai penjelasan, "Nah, kalau tanda kurang ini kita menghitungnya mundur."

"Berarti kebalikannya ya kak?"

"Betul, misalnya 6 - 2, jadi yang kita sebutkan adalah 2 angka sebelum 6. Apa saja itu?"

"5 dan 4."

"Yap, berarti hasilnya adalah 4. Mengerti?"

"Mengerti kak."

Sementara itu Nia sedang mengajari adik didiknya membaca dengan mengeja

"Apa saja keempat huruf ini, adik-adik?"

"T, O, P, I"

"Jadi ejaannya  adalah....."

"T, O To, P, I Pi."

"Berarti..... "

"Topi."

"Betul, ayo perhatikan kata berikutnya....."

Adik-adik tersebut kembali bisa mengeja sebelum membaca beberapa kata yang ditunjuk oleh Nia. Sepertinya kami dapat mengajarkan mereka materi kami dengan baik, hanya Rika yang sedikit kurang karena dia kurang sabar dalam menghadapi para peserta cilik kami yang sering bermain disela-sela waktu belajar ini berlangsung.

Sepertinya kami mulai menikmati kegiatan ini, karena tidak terasa, sudah seminggu lewat kami menjalaninya dengan penuh canda tawa bersama adik-adik yang telah bergabung dengan kami disini. Bahkan Soni banyak mengadakan permainan disela-sela pembelajaran yang sedang berlangsung, dan Rika yang sudah mulai mengeluarkan senyumnya saat mengajar, hingga pada akhirnya......

"Hah?"

"Yang bener kak? sayang banget kak....."

"Aku tak mau kita pisah, aku mau lanjut....."

Aku tidak percaya dengan respon yang kami peroleh dari mereka saat mengumumkan akan berhenti mengadakan kegiatan pembelajaran ini. Ya, karena kami akan kembali masuk sekolah mulai dari hari Senin besok.

Dan ternyata, selain mereka yang sudah bergabung dengan kami dari awal, pada hari ini terdapat beberapa orang tua baru yang datang membawa anak-anak mereka yang benar-benar telah SD.

"Tolonglah bantu Andy, dia kesulitan dalam memahami Matematika."

"Tolong ajari Rio Bahasa Inggris, dia hanya bisa terbengong saat pelajarannya di kelas."

"Saya tidak bisa membantunya apa-apa saat dia kesulitan menghadapi pelajaran IPA, kuraharap kalian bisa membantunya ya."

Dan ternyata mereka yang berniat untuk bergabung dengan kami mengalami kesulitan untuk memahami mata pelajaran pokoknya di sekolah. Bertambahnya jumlah peserta yang bergabung dengan kami membuat kami memutuskan untuk membatalkan penutupan tempat belajar kami ini. Hanya saja, waktu pelaksanaannya yang dipindah menjadi siang ke sore hari, agar dapat memberikan mereka sedikit waktu untuk beristirahat terlebih dahulu setelah pulang dari sekolah mereka masing-masing.

"Ini bayaran untuk bulan ini, kak Rizky. Terimakasih."

Secara tiba-tiba, orangtua Rio memberikan sejumlah uang yang ditujukan sebagai bayarannya untuk kami.

"Eh, terimakasih banyak ibu...." Ucapku tersipu sambil memegang uangnya

"Ibu senang sekali dengan perkembangan Rio setelah bergabung disini. Tolong terus tingkatkan kemampuan Rio ya, tetap semangat."

"Baik ibu."

Akhirnya selain waktu pelaksanaan kami, sistem kami pun mengalami perubahan. Sepertinya orangtua peserta kami yang lain mengetahui kalau orangtua Rio membayar kami layaknya les dikebanyakan tempat, sehingga mereka pun ikut membayar kami perbulannya. Selain itu mutu tempat les kami yang dapat membantu mereka yang kesulitan menaikkan nilai untuk berhasil melakukannya akhirnya mulai terdengar oleh yang lain, sehingga di awal berlangsungnya semester ini cukup banyak peserta baru yang bergabung dengan kami, khususnya di tingkat SD yang merupakan target utama kami awalnya yang kami yakin dapat membantu mereka dengan baik.

Mereka yang baru bergabung juga langsung membayar seperti yang awalnya dilakukan oleh orangtua Rio, pembayaran bulanan ini pun akhirnya ikuti oleh semua yang bergabung dengan kami, baik lama maupun yang baru. Akhirnya tempat belajar kami ini yang awalnya kami buka secara sukarela untuk kegiatan kami sebagai usaha untuk mengisi liburan kemarin, akhirnya benar-benar dapat menjadi usaha kami yang dapat menghasilkan uang dari mereka yang membayar kami. Dan begitu kami menceritakan kegiatan ini di sekolah ketika kami menceritakan kegiatan kami selama liburan, riuh tepuk tangan terdengar dari teman-teman yang tidak bergabung dengan kami dan hanya mendengarkan cerita kami, serta dari bu guru yang tampak senang dengan kegiatan kami dengan senyuman yang diberikannya setelah kami selesai menceritakannya.(Dafa/ik)

0 Komentar

© Copyright 2022 - Berita Lampung, Info lampung, Wisata Lampung, Loker Lampung, lowongan lampung, kuliner lampung