Breaking News

Pelita PMI Sukses Jadi Gebrakan Program Pelindungan PMI dan Keluarganya


Pelita PMI Sukses Jadi Gebrakan Program Pelindungan PMI dan Keluarganya

BP3TKI Lampung (13/5/19) – Program Pelita PMI secara resmi sukses diselenggarakan di Balai Desa Jaya Asri, Kecamatan Metro Kibang, Kabupaten Lampung Timur selama dua hari, pada Sabtu dan Minggu 11 – 12 April 2019. Pelita PMI atau Peduli Literasi Anak Pekerja Migran Indonesia merupakan inovasi BP3TKI Lampung dalam upaya pelindungan bagi PMI dan keluarganya. Kegiatan yang melibatkan CO KKBM (Community Organizer Komunitas Keluarga Buruh Migran) ini merupakan kegiatan yang bertujuan memberikan pengetahuan membaca, menulis, berbahasa, dan berkomunikasi yang dilakukan dengan metode bermain kepada anak-anak pekerja migran atau anak-anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya bekerja di luar negeri. Prinsipnya adalah belajar seraya bermain atau bermain seraya belajar.

Anak-anak pekerja migran rata-rata tidak mendapatkan kasih sayang yang utuh karena salah satu atau bahkan kedua orang tuanya tidak mengasuhnya pada masa-masa emas perkembangannya. Kegiatan ini melibatkan salah satu orang tua kandung atau orang tua pengganti sehingga diharapkan akan memberikan wawasan baru kepada orang tua tersebut terkait bagaimana cara mendidik anak yang baik.

Kegiatan literasi yang diikuti oleh 25 anak dan 25 orang tua ini diklasifikasikan berdasarkan rentang usia anak. Usia anak 5 – 7 tahun, usia anak 8 – 10 tahun, dan usia anak 11 – 12 tahun. Pola literasi yang diberikan terdiri dari tiga sesi. Sesi pertama, sesi konseling bagi orang tua atau orang tua pengganti oleh Psikolog dan berbagi pengalaman terkait pola asuh, kemudian sesi belajar sambil bermain bersama anak-anak PMI secara atraktif terkait pengenalan profesi, harapan, cita-cita, dan cara menggapainya. Pada sesi terakhir, kegiatan dilakukan bersama-sama antara orang tua dengan anak-anak PMI. Seluruh rangkaian sesi didampingi oleh Tim Psikolog Klinis Anak.

Pada sesi penggabungan antara orang tua dan anak, mereka diminta saling membacakan harapan-harapannya yang telah dituliskan pada selembar surat. Tujuan pada sesi ini adalah untuk meningkatkan ikatan afeksi dan empati bagi masing-masing orang tua dan anak. Keharuan membuncah pada saat anak-anak diminta membacakan harapannya. Ada anak yang memiliki harapan agar orang tuanya memberikan uang kiriman untuk biaya sekolahnya, kemudian ada yang berharap orang tuanya segera kembali pulang untuk makan bersama di rumah, dan ada anak yang mengucapkan terima kasih kepada orang tua penggantinya karena telah merawatnya sejak bayi.

Beberapa anak-anak PMI ini ada yang dirawat oleh orang tua penggantinya, yaitu kakek, nenek, dan bibinya. Ada juga yang diasuh oleh ayahnya karena ibunya bekerja ke luar negeri, sementara ayahnya juga bekerja sehingga dia terbiasa mandiri sejak kecil. Bahkan ada yang tidak pernah bertemu dan mendapat kasih sayang secara langsung dari orang tuanya sejak bayi sehingga sama sekali tidak memiliki gambaran terhadap harapannya kepada orang tuanya.

Menurut Susanti Pradini, M.Psi., Psikolog, selaku pemandu program Pelita PMI, sebagian anak-anak pekerja migran dapat mengalami penurunan motivasi belajar setelah diasuh oleh dua generasi lebih tua. Ketika di sekolah anak-anak dapat menjadi minder. Pada anak yang diasuh oleh nenek atau kakek yang tidak punya latar pendidikan yang baik dan tidak paham dengan perkembangan terkini, anak cenderung manja dan tidak antusias di sekolah. Selain itu mereka juga kesulitan dalam berkomunikasi dengan tutur kata yang sopan. Tak hanya itu, kepekaan sosial mereka juga menjadi rendah bahkan saat mereka berbicara/berkomunikasi dengan orang-orang yang lebih tua disamakan dengan saat berbicara dengan teman sebaya mereka. Dari semua itu menunjukkan bahwa kecerdasan sosial emosional mereka sangatlah rendah yang dikarenakan menurunnya budaya membaca dan bercerita di kehidupan/lingkungan keseharian mereka. Sebenarnya, anak menjadi kurang peka dan kurang sopan santunnya itu tergantung cara orang tua mendidiknya. Oleh karena itu, sebagai orang tua harus lebih mendekat dengan anak-anak dengan meluangkan waktunya untuk bermain dan bercerita/mendongeng pada anak-anak sehingga anak bisa mengerti dan merasa bahwa orang tuanya itu memperhatikannya, mengasihi, menyayangi, dan anak merasa diharapkan.

Surati, nenek Adam juga membenarkan bahwa cucunya selama ini minder dan sering menutup diri. Dia sering murung apabila keinginannya tidak terpenuhi. Sejalan dengan M. Shodik, selaku ayah Rayhan, yang kesulitan mendidik anaknya karena ia juga bekerja sejak pagi hingga sore dan hanya berinteraksi dengan anaknya sebentar setiap hari. Rayhan terbiasa mandiri diasuh dengan kakaknya yang lebih tua. Anaknya juga tidak terlalu antusias belajar di sekolah.

Suka duka anak dan orang tua tampak terkuak pada kegiatan ini. Oleh karena itu, mereka sangat berterima kasih bisa mendapatkan kesempatan untuk ikut serta pada Pelita PMI. Bahkan ketika registrasi peserta di pagi hari, ada beberapa warga desa yang datang dan menanyakan apakah masih dapat menerima pendaftaran peserta lagi atau tidak mengingat Metro Kibang merupakan kecamatan di Lampung Timur yang warganya banyak menjadi PMI.

Ahmad Salabi, S.H., M.M. selaku Kepala BP3TKI Lampung menjelaskan bahwa kegiatan yang pertama kali dilakukan BNP2TKI ini memiliki misi agar anak-anak PMI memiliki cita-cita yang tinggi dan tidak mengikuti jejak orang tuanya menjadi PMI sektor informal atau PLRT. Ia menekankan agar apabila ingin bekerja di luar negeri, anak-anak harus menjadi PMI profesional.

“Selama ini program-program kita belum fokus pada anak PMI yang ditinggal orang tuanya bekerja, padahal merekalah yang paling merasakan dampak atas kepergian orang tuanya bekerja di luar negeri. Semoga program Pelita PMI ini dapat berkelanjutan, melihat antusias warga yang tinggi dan rona bahagia yang terpancar dari anak-anak, sungguh membuat kita terharu”, terang Salabi. (uLf)

0 Komentar

© Copyright 2022 - Berita Lampung, Info lampung, Wisata Lampung, Loker Lampung, lowongan lampung, kuliner lampung