Breaking News

Terharu, Pengakuan Algojo Eksekusi Mati Nusakambangan

Foto Net
Terharu, Pengakuan Algojo Eksekusi Mati Nusakambangan

Indonesia, infokyai.com - Eksekusi mati adalah salah satu moment yang tidak bisa dibayangkan, jika anda salah satu seseorang algojo yang harus melakukan eksekusi terpidana mati, lalu bagaimana perasaan para algojo setelah ia menjalankan tugas melakukan eksekusi mati ia ? 

Berikut ini sekilas cerita dari salah satu anggota brimob yang pernah menjadi algojo yang mendapatkan tugas mengeksekusi terpidana mati di kawasan pulau Nusakambangan dalam kondisi yang sangat gelap atau bisa dirasakan dengan penerangan yang samar - samar, karena diruangan eksekusi mati hanya diberikan penerangan sedikit . 

Pada saat itu, kami terdiri dari 2 tim yang telah bersiap melakukan pengeksekusian terpidana mati, dalam tim pertama bertugas mengawal dan membelenggu para tahanan terpidana mati, sedangkan tim yang kedua sebagai tim yang melakukan eksekutor terpidana mati. 

Menggunakan pistol adalah hal yang biasa, karena setiap harinya saya menggunakan pistol untuk bertugas, tetapi disituasi eksekusi mati, hal yang biasa saya lakukan, kini menjadi tidak biasa, menarik pelatuk yang biasanya mudah, kini merasa sangat gemetar untuk menariknya, lalu hal yang lebih membuat saya terpuruk lagi adalah pada saat bersentuhan dengan terpidana mati. dengan mengikat badannya, dan tangan serta kakinya ke tiang dengan seutas tali. "Ucap Anggota Brimob yang tidak mau disebutkan namanya. 

Setelah terpidana mati diikat ketiang, lalu hal ini yang harus saya selalu dihindari agar kuat menjalankan tugas adalah menghindari mendengarkan omongan atau bisikan para terpidana mati, yang bisa saya ucapkan sebagai algojo kepada para terpidana mati adalah  "Saya hanya mengatakan maaf karena saya hanya melakukan pekerjaan," terangnya 

Foto Net
Pada saat eksekutor, terpidana mati tidak akan tahu nyawanya akan melayang dengan petugas yang mana, dikarenakan para algojo pengeksekusi mati terdiri 12 anggota yang siap menembak para terpidana mati, dari beberapa algojo yang memegang senjata tersebut, ada senjata yang memliki peluru, dan ada juga yang tidak memiliki peluru.

Tugas eksekusi begitu singkat, kami hanya datang, lalu mengambil senjata dan terus kami melakukan aksi penembakan, dan menunggu sampai terpidana mati benar - benar mati, selang beberapa menit setelah dilakukan eksekutor. Rasa bersalah pasti akan selalu menghantui, tetapi karena ini adalah tugas mau bagaimana lagi, jika saya boleh memilih, sata tidak akan mau menjadi algojo pengeksekusi terpidana mati."Terangnya 

Setelah dokter memeriksa, dan ternyata terpidana mati belum juga meninggal, maka ini adalah salah satu hal yang paling terpuruk sebagai algojo, mau tidak mau yang ditunjuk oleh pemimpin harus langsung menembak dari jarak dekat tepat dikepala Terpidana Mati. "Tergasnya

Ini adalah salah satu tugas prajurit, karena saya terikat sumpah sebagai prajurit, ya sebagaimana mestinya tahanan melanggar hukum dan prajurit melaksanakan perintah, selalu terbayang apakah dosa atau tidaknya, kita serahkan kepada Allah SWT , "Ucapnya

Dari tugas eksekusi terpidana mati, para algojo perlu diberikan bimbingan rohani dan bantuan psikologis, agar para algojo yang melakukan eksekusi mati, psikologisnya bisa kembali normal kembali dan tanpa ada tekanan akibat tugas. (FMP/BBC)
© Copyright 2022 - Berita Lampung, Info lampung, Wisata Lampung, Loker Lampung, lowongan lampung, kuliner lampung