![]() |
| Dosa Rara Yang Tak Terlupakan Karya Andi Priyadi |
Dosa Rara Yang Tak Terlupakan Karya Andi Priyadi BAB XI
Bab 11 *Apa Salahku Jelek?*
Suara teriakan Bintang putera Yose meminta dibuatkan susu terdengar cukup nyaring. Mampu memekikkan gendang telinga. Yose tersadar dari mimpinya, jam di dinding tepat di depan pandangan Yose menunjukkan pukul 07:05. Segera ia beranjak dari tempat tidur menghampiri bocah laki-laki gagah itu dan menciumi wajah dan keningnya.
Ana di dapur menyiapkan susu bubuk berkemasan korak berwarna agak cokelat dan mengaduknya di di dalam dot plastik. Susu botol yang telah siap langsung disedot Bintang dengan cepat. Sepertinya bocah itu amat kehausan.
Yose mengambil posisi menyalakan DVD memutar lagu pilihannya. Dan melihat pesan di BBM miliknya. Seketika keningnya mengerut membaca isi pesan itu. Pesan yang cukup panjang itu dibacanya berulang-ulang. Sembari berfikir apa benar pesan itu. Seakan tak percaya dengan isi pesan dari Rara.
"Jeleeek ,aq mntaa maaf bwt smuaa ksalaahan aq smaaa km slmaa qtaa ngjaalin hbngaaan , aq syg bngt smaaa km , dan akuu udh jnji smaaa diri aq bkal ngembaliin qm smaaa kk gy , ini saaatny aq pergi , prgi dri hdup km , jngn tnyaaa alsaaan knp aq kyk gni , aq gk mrh ataaaupun yg laaaen ,krnaaa aq daaah jnji smaaa km daaan dri aq , aq pngen sndri daaan.gk akn aneh" gy kdpaaan , aq cmaaa pngeen jd pribadi yg lbh baaaik , ituu aj jlekkk ,mksh bwt smuaaa ny ,kenaaaangaaan mniz daaan pljraaan hdup yg udh km ksh ke aq ,,,aq syg bngt smaaa km jlek , tlngg ,smpein rsaaa maaf aq ke kk yh ,.smpein udh bwt dy skit tnp sepengetahuaan dy , aq mntaaa maaaf bngt smaaa kk , jd ayaaah yg baaik bwt yh jlek , daan jngn ulaaangin lg kslaahaan yg smaaa, aq pngen km ckup.smaa kk aj daaan gk aneh" gy ,krnaaa walaaaupun aq gk liaaat aq bkaaal skittt km smaa yg laaen ,kitaaa gk jdoh di duniaaa ,aq berdoaaa kitaa bkaaal jdoh di akhiraaat kelaaak ,amieen y allah , jngn cri aq yh jlek , aq mhon bngt smaaa km , mafin aq bwt smuaaany ,mksihhh,"tulis Rara di BBM yang dikirim ke Yose.
Segera ia membersihkan tubuhnya. Menyeruput kopi hitam dan segera pamit bekerja pada keluarga kecilnya.
Sesampai di depan gang, Yose menelphone Rara dan tersambung.
Isak Rara terdengar lirih menceritakan kembali isi pesan tadi. Rara tetap keukeh dengan pendiriannya untuk menjauh dari kehidupan Yose dan kembali di kehidupan yang sehat. Pria yang pandai berdiplomasi itu beberapa kali membujuknya untuk kembali padanya. Namun belum juga mau.
Yose menutup percakapan di telphonenya tadi untuk bekerja. Di perjalanan ke tempat ia bekerja. Fikirannya masih saja terngiang beranak-pinak memikirkan Rara. Karena merasa belum siap ditinggalkan wanita yang hampir saban hari bersamanya siang dan malam.
Di tepi jalan yang cukup sunyi, rem motor dijejaknya. Segera ia menghubungi Reska sahabat Rara dan tersambung. Meminta bantuan untuk membujuk agar Rara bisa menerimanya kembali. Wanita yang ditelphonnya itu sebenarnya tahu jika sahabatnya tengah dirundung kebimbangan terlihat dari status BBM yang Rara tulis.
“Rara begitu. Karena dia engak mau rebut kebahagian isteri abang. Dia tahu ini sakit, pahit. Tapi ini yang terbaik menurut dia. Dia begitu. Karena Rara enggak mau rebut dan merusak kebahagiaan orang yang dia sayangi,”ucap Reska.
“Aku sayang dia Res,”ujar Yose.
“Rara juga sayang banget sama abang Yo. Tapi gimana sama isteri abang Yo?. Anak abang gimana. Keluarga Rara juga gimana?.”ucap Reska.
“Ya. Aku tahu itu. Tapi aku mau miliki keduanya,”timpal Yose.
“Gimana sama kalo isteri abang Yo tahu?. Sampe kapan mau ditutupi?.”Tanya dia.
“Aku sebisa mungkin sembunyiin,”sahut Yose.
“Aku tahu kalian itu saling cinta. Tapi keadaan abang Yo. Yang jadi penghalang hubungan kalian,”ujar Reska.
“Laki-laki itu bisa menikah dengan empat isteri. Kalo dia mampu dan adil,”kilah Yose.
“Abang ini ngebet banget ya sama Rara,”ucap Reska.
“Aku enggak tahu Res,”ucap Yose polos.
“Inget bang Yo. Abang itu sudah ada keluarga,”timpal Reska.
“Niat aku enggak maen-maen sama dia. Aku mau serius. Tolonglah bantu bujuk dia,”kata Yose.
Reska luluh, mengamini permintaan Yose.
Beberapa menit berlalu mereka mengakhiri perbincangan.
Yose melanjutkan perjalanan menuju tempat bekerja.
Ia masih aktif mem-BBM Rara. Menanyakan kabar dan aktivitasnya. Namun wanita itu seperti keukeh dengan pendiriannya.
***
Selepas Zuhur, Yose yang terbiasa makan terlambat itu tengah asik menyeruput kopi di sebuah kantin. Tempat nongkrong yang saban hari ia singgahi. Pandangan Yose terganggu oleh bunyi dering BBM yang ditaruh di saku kemejanya.
Di pesan itu Rara memintanya untuk ditelphone. Seketika itu pria yang hobi membaca itu menelphonenya dan tersambung.
Rara dengan nada kegirangan dan sedikit malu-malu meminta Yose untuk tetap bersamanya. Memastikan masih ingin bersamanya lagi.
***
Sore itu sesuai waktu yang ditentukan. Yose menjemput Rara di depan sebuah gang kecil bergapura. Gang depan rumahnya. Tempat biasa mengantar dan jemputnya.
Yose sempat kebingungan ingin membawa wanita kelahiran tahun 1994 itu berbincang sore itu.
Rara menyarankan untuk berbincang di sebuah kafe di daerah Pahoman. Tempat biasa mereka berbincang berjam-jam lamanya.
***
Adzan Magrib berkumandang amat jelas di telinga mereka. Usai mendengarkan Adzan itu hingga selesai. Rara menyarankan untuk mencari bakso di pusat perbelanjaan di jalan Zainal Abidin Pagaralam. Ia mengamini ajakan wanita yang ada di depannya.
Tiba di tempat yang dituju. Mereka berjalan seperti biasa. Berjalan di keramaian layaknya orang yang tidak saling kenal, Rara melangkah terlebih dahulu diikuti Yose yang cukup belingsatan karena berduaan di tempat keramaian. Terlebih beberapa teman mereka saling mengenal satu sama lain.
Tak seperti hari biasanya. Ia berang. Butuh pengakuan. Ingin digandeng pria yang bersamanya. Namun Yose keukeh khawatir ada yang melihatnya jalan berdua di depan umum. Rara luluh namun sedikit kesal.
Yose memilih tempat paling ujung dekat pintu dapur warung bakso yang amat ramai pembeli itu. Ia sebenarnya kaget melihat pembeli yang mengantri amat ramai demi memesan semangkuk bakso atau mie ayam ber-Merk nama sebuah stadion di Jakarta. Terbesit sejenak di benak apakah orang pribumi gemar mengkonsumsi merk luar dibanding produk lokal.
Lamunan Yose terbuyarkan oleh datangnya dua mangkuk bakso berukuran jumbo namun isinya sama seperti bakso pada umumnya.
Duduk berduaan di warung bakso di keramaian sebenarnya membuat pikiran Yose tak karuan, sembari makan dan berbincang dengan Rara, ia terus mengawasi penuh waspada terhadap orang-orang yang melintas di dekatnya. Mengkhawatirkan ada yang mengenal mereka terlebih keluarga, tetangga dan teman-teman mereka.
Saling seloroh mereka mencairkan suasana, terkadang saling curhat kesibukan sehari-hari.
"Aku malu sebenarnya ngajarin murid-murid yang baik. Tapi kelakuanku kayak gini sering Ngobrol(berhubungan intim). Aku merasa kurang pantas loh jelek. Apalagi aku ngajarin pelajaran agama,"ucap Rara berkeluh pada pria yang ada di depannya. Saat itu Rara tengah melaksanan Praktik Pengalaman Lapangan(PPL) di salah satu SMA favorit di kota Tapis Berseri.
Terdiam, fikirannya membayangkan kalimat itu Bergetar hebat hatinya membayangkan jika ia di posisi wanita itu.
Menjadi seorang pendidik membidangi pelajaran agama namun berkelakuan jauh dari norma agama. Padahal sudah lama Yose berkali-kali mengajaknya menikah siri dengan tujuan menghindari dosa. Namun Rara enggan mengamini.
Usai menghabiskan semangkuk bakso yang cukup gurih itu dengan singkat. Rara dengan santainya menyantap bakso dan habis menyisakan kuah. Ia menatap penuh harap pada pria yang bersamanya.
"Jelek. Aku mau milikin kamu seutuhnya,"ucap Rara dengan nada serius.
Yose belingsatan mendengar kalimat itu, tatapannya jauh ke depan mnatap bola mata Rara. Seperti tak percaya mendengar kalimat itu. Kalimat yang terlontar dari mulut Rara. Bak buah simalakama ia dibuatnya. Dunia seperti terhenti saat itu. Saat wanita berjilbab itu bertutur lirih namun membuat ia termangu, tertegun dan sejenak membisu.
"Kok kamu diam jelek. Jawab dong. Aku mau milikin kamu sepenuhnya jelek. Kamu gimana?,"sergah wanita itu.
Yose terdiam lesu, mulutnya seperti terkunci rapat. Sejenak berfikir mengapa Rara bisa berkata demikian.
Pria penggemar lagu Bon Jovi itu mengalihkan obrolannya. Namun terdesak saat wanita itu mengulang pertanyaannya.
"Jelek. Aku sayang kaka dan aku juga sayang kamu. Kamu ingat kan. Belasan kali aku ngajak kamu nikah siri. Agar kita terjauh dari Zina,"ucap Yose memberi pengertian pada wanita yang gemar minum es itu.
"Kalo kita nikah siri. Bagaimana dengan keluargaku jelek. Keluargaku enggak mungkin menerima kamu,"timpal Rara.
Rara makin keukeh dengan pendiriannya. Ia ingin meminta jawaban pasti dari Yose. Namun pria itu juga teguh dengan pendiriannya.
Cukup menarik obrolan mereka. Namun belum juga saling mengalah. Terasa sudah cukup malam. Beberapa menit berlalu mereka memutuskan untuk pulang.
Tiba di depan gang rumah Rara mereka berpisah.
Beberapa menit berlalu, Yose tiba di rumahnya, seperti biasa ia mendapati keluarga kecilnya sudah terlelap.
Karena bingung dengan permintaan Rara tadi. Malam itu Yose enggan meng-BBM Rara. Enggan mengucap selamat istirahat seperti yang biasa ia kirimkan. Karena ia merasa dibuat bingung olehnya.
Selanjutnya
Dosa Rara Yang Tak Terlupakan Karya Andi Priyadi BAB XII https://goo.gl/WZGyuJ

Social Header