Breaking News

Dosa Rara Yang Tak Terlupakan Karya Andi Priyadi BAB XV

Dosa Rara Yang Tak Terlupakan Karya Andi Priyadi
Dosa Rara Yang Tak Terlupakan Karya Andi Priyadi BAB XV

Bab 15*Romantis Dikit*

Beberapa hari berlalu, Rara sudah menyelesaikan PPL-nya. Seperti keinginan Rara dan janji Yose.

Janji pria itu pada wanita bermata bulat itu, untuk menuruti keinginannya. Bertamasya kemana pun sesuka hati Rara, sebagai hadiah Rara telah menyelesaikan PPL-nya. Mereka sepakat menuju ke pantai di daerah Lampung Selatan. Suasana pantai di Bandarlampung dan Pesawaran dirasa bosan oleh Rara. Dikatakan, hampir semua tempat wisata pantai di dua daerah itu sudah pernah dikunjungi mereka.

Siang itu sekitar pukul 12:35, Yose menunggu dengan setia di depan gang kecil, tempat ia biasa menjemput dan mengantar.

 Beberapa menit berlalu, seorang wanita memakai jilbab. Dengan tas berselempang warna biru langit di pundak. Keluar dari dalam gang kecil itu, sembari menenteng helm. Dengan anggunnya menghampiri Yose.

Mereka langsung bertolak. Yose mengarahkan stang motornya ke arah Selatan Di perjalanan mereka saling berseloroh. Pria itu melihat wanita yang diboncengnya memakai sarung tangan berwarna pink bergambar boneka lucu. Pemandangan yang tidak pernah Yose jumpai saat ia bersama Rara.

"Enggak lengkap kamu ini jelek,"ucap Yose saat mereka melaju di atas motor saat di perjalanan.

"Enggak lengkap? maksudnya gimana jelek?,"timpal wanita bermata bulat itu.

Yose tersenyum kecil, lesung pipitnya terlihat sedikit menyungging.

"Ya. Enggak lengkap aja. Kan kamu pake masker. Pake sarung tangan. Coba pake topi juga. Bis itu pake sepatu bot,"seloroh Yose.

"Dasar kamu ini jelek. Kirain apaan,"timpal Rara sembari sedikit terpingkal mendengar jawaban itu.



***

Satu jam berlalu mereka tiba dengan selamat di Kabupaten Lampung Selatan. Yose menjejak rem dan menepikan motornya. Mereka  melihat sebuah Baliho berukuran raksasa, terpampang amat jelas di pinggir jalan. Tepatnya di sebuah pertigaan. Posisinya di sebelah kanan. Tulisan di baliho itu menjelaskan lokasi wisata, laut dan berbagai fasilitasnya. Sejoli itu memutuskan ke lokasi itu. Lokasi yang akan mereka tuju sekitar 5 kilo meter jaraknya.

Sepakat. Mereka melanjutkan perjalanannya. Yose mengarahkan stang motornya ke arah kanan, menyalakan lampu sen motor, memberi isyarat dan menyebrang jalan. Pemandangan di lokasi itu cukup asing di mata mereka, pemandangan yang amat kontras dengan keseharian yang acap kali mereka temui.

Suasana di lokasi itu amat sejuk. Udara pun terasa amat segar. Beberapa kilo jalan dilewati sejoli itu. Nampak di sebelah kiri hamparan pantai dengan nama-nama unik yang terpampang di pintu loket masuk dan banner yang tak begitu besar. Sedangkan di sebelah kanan mereka. Pemandangan hutan mangrove, rawa dan muara, banyak orang yang mengadu keberuntungan memancing ikan saat itu. Pandangan mereka tertuju pada sebuah tempat yang amat rapi, bersih dan megah. Pemandangan bisa membuat mata menjadi rileks. Serasa ingin masuk ke lokasi itu. Pantai itu amat berbeda dengan pantai-pantai sebelumnya. Terlihat di papan pengumuman yang terpampang cukup besar akan fasilitas yang dimiliki pantai itu.

"Mau kesana enggak jelek,"tanya Yose pada Rara menawarkan tujuan mereka ke lokasi pantai yang amat rapi itu, namun mereka mengurungkan niat mereka.

Sejoli itu melanjutkan perjalanannya. Beberapa menit kemudian, mereka tiba di sebuah pantai dengan nama cukup unik. Sejoli itu sempat mengamati sejenak, akan kebersihan dan lokasi itu. Berembuk dan memutuskan ke pantai yang tak jauh dari mereka. Sejoli itu memilih tempat duduk berupa pondokan terbuka paling depan. Gubuk yang paling dekat dengan bibir pantai. Mereka terus saja berseloroh mencairkan suasana.

Yose membuka sekresek jajanan ringan yang ia beli tadi. Pun membuka sebungkus kopi hitam yang tak terlalu manis berbungkus plastik polos perempatan kilo. Kopi itu amat panas, mampu membuat telapak tangan menggelepar dibuatnya jika dipegang. Kopi di plastik itu kurang nikmat rasanya jika diminum langsung  dengan merobek bagian ujung plastik itu. Terkadang ampas kopi ikut terseruput. Membuat lidah dan gigi terasa risih.

Ia menggeletakkan sebungkus kopi tadi di gubuk. Dengan sigap ia mencari sesuatu dari dalam tas ranselnya. Rara sedikit melongok melihatnya yang sedikit sibuk.

Diambilnya sebuah buku tulis yang dari dalam tas. Sebuah buku catatan kecil dari pekerjaannya. Buku itu digulung. Dengan sekali gulungan, gulungan itu diserahkan pada Rara. Ia mengamini, terdiam sejenak, sedikit bingung dibuatnya.

Yose membuka jeratan ujung plastik putih polos pembungkus kopi. Memasukkan ke tengah gulungan buku yang dipegang Rara. Lalu menarik ujung plastik dan mengaitkannya dengan polisi berlawanan. Gulungan buku itu disulap seperti gelas buatan. Pria itu langsung menyambarnya dari tangan Rara, meniup-niup dan menghirup aroma kopi yang khas itu.Wanita bermata bulat itu tercengang. Sedikit terbelalak melihat polah Yose yang sedikit unik dan cerdas itu.

"Pinter banget kamu,"ucap Rara sembari menyosor pipi pria yang ada di depannya.

Ia amat menikmati segelas kopi hitam itu, sembari menyulut sebatang rokok.

"Jelek pantainya bagus banget ya. Aku mau kesanalah,"ucap Rara sembari mendekati bibir pantai.

Yose enggan mengikutinya. Ia asik mendengarkan beberapa lagu dangdut di handphone milik Rara yang tergeletak di gubuk itu.

"Yose, Yose, bilangnya Roker, suka lagu Metallica, Bonjovi, Limbizkit. Ini kok dengar lagu dangdut,"gumam Yose sembari menghisap rokok jenis filter dan tertawa kecil sendiri.

Ia memperhatikan polah Rara. Wanita itu seperti menulis sesuatu di pasir menggunakan ranting. Ia sudah menebak apa yang ditulis wanita calon guru agama itu. Wanita itu melambaikan tangannya beberapa kali dan memanggilnya.

Yose beranjak dan mendekati wanita bermata bulat itu. Pria itu melihat tulisan Rara di pasir.

"Rara dan Yose,"begitu kalimat yang ditulis Rara.

Sesuai dengan tebakan Yose tadi. Ia menghapus nama Yose menggunakan kaki kanan yang beralaskan sepatu kulit. Wanita itu sedikit terhenyak melihat ulah pria yang ada di depannya.

Yose menulis beberapa nama yang cukup lucu, kolot dan pastinya mengundang gelak tawa. Setidaknya 7 nama orang yang ia tulis. Rara terpingkal membaca nama-nama itu.

 "Masa pasangan aku banyak banget. Nama-nama orangnya begitu banget. Ada yang tambah aneh lagi enggak namanya,"seloroh Rara.

Pria itu menulis kembali menggunakan ranting. Beberapa nama pria yang cukup geli di telinga. Rara memeluknya dan mendorong tubuh Yose. Seraya terbahak membaca satu nama yang ia baru saja tulis.

"Dasar jelek. Kesel aku sama kamu. Hahahah, namanya aneh banget. Enggak bangetlah pokoknya,"seloroh Rara.

Pria itu ikut tertawa melihat tulisannya sendiri. Pandangan Yose sedikit terpusat pada seorang pria yang jaraknya cukup jauh dari posisi mereka.

Pria itu sedang mandi dan berjalan di tepi pantai hanya menggunakan celana dalam. Yose meledek Rara dengan beberapa gurauan khasnya.

”Liat tuh jelek. Cair-cair,”ucap Yose sembari menoleh ke pria tadi

Rara tambah terpingkal saat itu. Mereka terus saja berseloroh.

"Jelek. Kalo kita tiap hari kayak gini. Kayaknya nikmat banget. Kama kamu terus setiap harinya,"ucap Rara dengan nada antusias.

Yose tersenyum kecil, lesung pipitnya terlihat menyungging.

Ia menoleh ke depan, melihat sebuah pulau yang cukup jauh dari posisi mereka berdiri.

"Kamu liat pulau itu, kalo kita tinggal di sana berdua aja, enggak ada siapa-siapa. Enggak ada handphone, enggak ada kendaraan, enggak ada mall, bioskop, tempat karaoke, semuanya enggak ada. Apa kamu mau, kita di tinggal di sana?."kata Yose menganalogikan pertanyaan pada wanita pemburu kuliner itu.

"Enggaklah jelek. Aku enggak mau. Masa enggak ada apa-apa,"timpal Rara polos.

"Katanya mau berdua terus sama aku. Hmmmm. Bohong nih,"ujar Yose.

"Ya. Enggak segitunya juga kali jelek. Masa enggak ada apa-apa. Nanti di sana juga enggak ada baju lagi, gitu?,"sahut Rara.

"Ya. Enaklah kalo enggak pake baju. Kalo cuma kita dua aja. Tiap harinya ngopbrol(kode bercumbu),"jawab pria berkulit putih itu sembari terpingkal.

"Dasar jelek. Kesenengan kamu kalo enggak pake baju. Huhuuuuu,"celetuk Rara.

Rara mendekati pria itu. Kemudian membelakangi tubuh Yose. Jarak mereka hanya beberapa centi tak sampai sejengkal. Rara memberi isyarat pada pria itu untuk memeluk perutnya. Pria itu sedikit kikuk, canggung pastinya dengan kondisi saat itu. Kondisi bermesraan di tempat terbuka. Yose melihat sekelilingnya. Memastikan tak ada yang melihat jika ia hendak memeluk perut dan mendekap wanita berjilbab itu dari belakang. Bak pemandangan di sebuah film yang cukup laris di bioskop beberapa tahun lalu Sebuah film romantis namun berakhir tragis.

"Apa yang kamu rasain jelek,"tanya Yose sembari mendekap tubuh Rara. "Nyaman banget jelek. Amat nyaman. Maunya kayak gini teruslah. Sama kamu terus,"timpal Rara.

Yose hanya sesaat memeluk wanita itu dari belakang. Karena ia cukup risih, bermesraan di tempat terbuka.

Di pantai bagian ujung sebelah kiri dari dari posisi mereka itu. Terlihat beberapa pria muda bertelanjang dada seperti tengah memanggang ikan. Namun jarak mereka cukup jauh. Jaraknya mungkin sekitar 200 meter-an. Terlihat asap yang sedikit membumbung ke angkasa. Pemandangan itu membuat pandangan mereka terpecah .

"Orang itu lagi bakar apa ya jelek?,"Rara menanyakan pada Yose.

Yose tersenyum kecil. Ia berjalan meninggalkan Rara. Seperti ingin mendekati orang-orang tadi. Sontak Rara dibuat bingung dengan kondisi itu.

"Jelek. Kamu mau kemana?,"tanya Rara dengan rona kebingungan.

Yose memajang wajah serius. Ia menoleh ke arah Rara.

"Tunggu di sini ya. Aku mau ke sana. Mau nyamperin mereka. Mau nanyain mereka bakar apa,"jawab Yose sembari tersenyum.

Rara menggeleng melihat kalimat dan ulah Yose. Beberapa kali ia terpingkal.

"Hahaaaa, Ada aja kamu ini jelek. Aku kira kamu mau kemana,"timpal Rara.

"Kan. Kamu mau tahu. Jadi, aku mau tanya ke mereka. Aku mau kesana. Apa sih yang enggak buat kamu?. Hahhaha,"seloroh Yose.

Beberapa menit berlalu, mereka kembali ke gubuk tadi. Saling seloroh terurai antar mereka, suasana amat cair.

"Jelek. Tas kamu ada berapa?,"tanya Yose sembari melihat tas milik Rara yang berwarna sedikit usang dan tergeletak tak jauh dari mereka.

"Banyaklah. Tapi aku jarang ganti tas. Aku simpan aja di lemari. Karena modelnya kayak udah ketinggalan,"timpal wanita yang hobi minum es itu.

"Mantap. Punya tas banyak. Oya jelek. Kamu mau beli tas lagi?. Tapi beli sendiri ya. Aku enggak mau nganterin,"kata Yose sembari menanyakan harga tas dan langsung memberikan uang pada Rara.

"Kalo aku yang pegang duitnya takut habis,"jawab Rara.

"Kalo habis enggak jadi beli tas-lah,"sahut Yose.



***

Jam di ponsel mereka menunjukkan hampir jam 6, mereka memutuskan bertolak ke Bandarlampung.

Di perjalanan, terdengar jelas suara Adzan Magrib berkumandang.

Yose menjejak rem dan memarkirkan motornya di depan sebuah warung kelontong. Mereka berhenti sejenak sembari membeli minuman.

Beberapa menit kemudian mereka melanjutkan perjalanan setelah suara Adzan tadi selesai. Kurang dari satu jam mereka tiba di Bandarlampung. Mereka berembuk mencari makanan. Rara menawarkan makanan khas daerah Cirebon. Yose mengamininya.

Mereka tiba di sebuah warung tenda di jalan Jenderal Sudirman. Tak seberapa jauh lapangan Enggal. Pandangan Yose seakan tak percaya melihat pemandangan yang ia lihat di warung tenda itu. Sebuah warung tenda yang tak begitu besar. Namun pembelinya amat ramai. Terlihat antrian berjejer, belum lagi sikap para pramusaji yang cukup profesional menurut Yose.

"Luar biasa ya, tempat ini,"kata Yose dengan pandangan terbelalak sembari menggelengkan kepalanya beberapa kali.

Wanita itu tersenyum kecil, ia mempromosikan makanan khas provinsi Jawabarat itu, makanan yang mirip dengan pecel. Namun memakai bahan utama mie bihun dan tahu.

"Enak tahu jelek. Aku kesini dulu sama sapa coba?,"tanya Rara.

"Enggak tahu dengan sapa,"timpal Yose singkat.

"Aku kesini dulu beberapa kali sama Rengga. Mantan aku yang paling lama, 3,5 kami pacaran. Kami putus gara-gara kami habis barantem. Ribut besar. Dia kasar banget kalo marah. Dia juga enggak bisa Move On dari aku sampe sekarang, aku enggak mau lagi sama dia,"cerita Rara.

Pria itu tak kalah bercerita. Ia menunjukkan sebuah kedai  bubur tak jauh dari posisi mereka. Ia membohongi Rara. Mempromosikan mempunyai kenangan tersendiri di sebuah tempat bersama mantannya. Wanita itu langsung terdiam mendengar cerita bohong dari Yose. Cerita tandingan karena cemburu Rara mengungkit kenangan bersama mantan pertamanya.

"Enggak enak ya. Kalo kita jalan. Terus aku cerita soal mantan aku?. Begitu juga aku jelek. Maaf ya. Kalo kamu kesel,"ucap Yose memberi pengertian pada Rara.

Obrolan mereka terbuyarkan saat pramusaji tadi mengantarkan dua piring makanan yang mereka pesan tadi. Makanan dengan porsi jumbo itu tepat di depan mereka. Yose cukup terperanjat melihat porsinya. Namun dipastikan, makanan yang disajikan di depan Yose pasti habis disantap pria berperawakan kurus itu. Benar saja, cukup cepat ia menghabiskan makanan itu dengan lahap. Sementara Rara agak lama menyantap makanan itu dan tak sanggup menghabiskan Ketoprak porsi jumbo itu.

Beberapa menit berlalu. Usai menyantap makanan tadi. Mereka memutuskan pulang, Rara tak henti-hentinya mengucap terimakasih pada pria yang seharian bersamanya. Menemani sesuai keinginan wanita yang saban hari mengenakan jilbab modis itu.

***

Ke esokan harinya, Yose mengajaknya bertemu. Ia ingin melepas hasrat dan bercumbu pada Rara. Namun hari itu. Ia dikatakan tak memengang uang. Karena usai membeli seperangkat komputer yang harganya cukup mahal dan penting untuk bekerja.

Yose teringat uang yang kemarin ia berikan pada Rara untuk membeli tas. Tas untuk Rara. Yose menanyakan padanya, apakah ia sudah membeli tas yang mereka rencanakan kemarin.

Wanita itu mengaku belum membeli tas. Yose mengutarakan niatnya. Niat untuk melepas hasrat dan melepas nafsu padanya dan memakai uang yang rencananya untuk membeli tas itu. Wanita itu mengamini dan mereka bertolak ke sebuah ruangan yang begitu luas. Tempat yang biasa mereka sewa untuk melepas hasrat.

"Nanti kalo aku pegang uang aku beliin kamu tas. Atau kamu beli tas sendiri ya jelek. Maaf uang ini aku pake. Buat kita jalan hari ini,"ucap Yose dan diamini Rara.

Beberapa jam usai mereka melepas hasrat, perjuangkan sahwat, mereka memutuskan  pulang.

Selanjutnya 


Dosa Rara Yang Tak Terlupakan Karya Andi Priyadi BAB XVI https://goo.gl/DRASE2
© Copyright 2022 - Berita Lampung, Info lampung, Wisata Lampung, Loker Lampung, lowongan lampung, kuliner lampung